Sabtu, 23 Oktober 2010

Indonesia Potensial Jadi Pusat Peradaban Islam Dunia

Indonesia Potensial Jadi Pusat Peradaban Islam Dunia
Nasarudin Umar

Padangnews.com-,JAKARTA--Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Prof Dr Nasaruddin Umar mengatakan, Indonesia sangat potensial menjadi pusat peradaban Islam dunia. "Bukan saja karena jumlah penduduk muslimnya sangat besar, negaranya luas dan kaya, juga karena jauh dari pusat konflik di Israel dan fakta bahwa Islam Indonesia relatif sangat homogen, yakni Islam Suni dengan madzhab Imam syafi'i," kata Nasaruddin kepada wartawan di kantor Kemenag, Jakarta, Jumat sore.

Ia membandingkan dengan negara di Timur Tengah seperti di Lebanon yang antara Islam suni dan syiah jumlahnya hampir fifty-fifty, sehingga tidak akur, hanya kadang-kadang dipersatukan saat ada konflik dengan Israel. "Kondisi yang damai ini memudahkan peradaban Islam tumbuh dengan baik," ujarnya.

Ia juga meminta agar antara agama dan budaya tidak lagi dipertentangkan, karena budaya selalu menempel dengan agama. "Agama Islam di Suriah, Yordania dan Yaman misalnya, tetap ada unsur-unsur budaya lokal mereka. Bisa dilihat dari tata cara perkawinannya. Jadi muslim tidak perlu melepas budayanya," ujarnya.

Ia juga membantah belakangan ini Islam radikal telah menguasai Indonesia, karena yang radikal itu tak sampai 0,5 persen, demikian pula yang liberal, sedangkan yang di tengah-tengah merupakan mayoritas yang diam. "Kalau disorot dari kanan, Indonesia memang sangat radikal, sedangkan disorot dari kiri Indonesia sangat liberal, lebih dari Turki. Tapi yang di tengah-tengah ini tak pernah disorot, karena wartawan tidak melihat itu sebagai hal menarik. Sehingga seolah-olah Islam Indonesia sudah menjadi radikal atau sebaliknya, liberal," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa Kemenag sudah melakukan sejumlah upaya mempersatukan kelompok yang radikal dan yang liberal ini. "Siapa sangka antara JIL (Jaringan Islam Liberal) dan FPI (Front Pembela Islam) ternyata bisa berpelukan, ketika kita sama-sama bertemu dan berbicara mengenai kemiskinan. Media massa saja yang membuat mereka kelihatannya sangat bertentangan," ujar Nasaruddin.[antara]

0 komentar:

Posting Komentar