Sabtu, 13 November 2010

Banyak Guru Sejarah tak Kuasai Materi


Padangnews.com-Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia Susanto dan juga Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Ratna Hapsari mengakui saat ini banyak guru sejarah yang tidak menguasai materi pendidikan sejarah yang diajarkan. Menurutnya, jumlah jam pelajaran sejarah harus ditambah menjadi 2 jam penuh. Sebelumnya hanya 90 menit setiap pertemuan. Pemerintah juga harus memberikan ruang lebih kepada guru sejarah dan organisasi profesinya untuk dapat terlibat dalam setiap penyusunan rencana kebijakan bidang pendidikan.

“Pemerintah jarang menambah buku dan sumber referensi mata pelajaran sejarah. Workshop dan pelatihan profesi guru sejarah juga minim. Makanya, guru sejarah harus aktif dan berinovasi dalam mengajar sehingga siswa tidak bosan,” kata Ratna di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Jumat (12/11/2010).

Dijelaskan, pemerintah dalam membuat kurikulum mata pelajaran sejarah seharusnya melibatkan ahli agar dapat merumuskan kembali peranan pendidikan sejarah. Sehingga membentuk karakter bangsa. Profesi guru sejarah juga harus dikembangkan. Lebih lanjut Susanto menambahkan, materi yang ada di dalam kurikulum lebih banyak mengajarkan sejarah politik ketimbang sejarah kebangsaan. Dengan jatah pertemuan maksimal 2 jam pelajaran setiap minggunya, tidak cukup untuk mengajarkan seluruh materi. Sebab, materi sejarah politik sangat banyak.

“Pemerintah sepertinya membiarkan siswa tidak mengenal sejarah kelautan dan terlalu fokus pada pembelajaran sejarah kerajaan di daratan. Kalaupun pemerintah menginginkan siswa mempelajari sejarah para tokoh maka isinya harus mengajarkan keteladanan kepada siswa sehingga berpengaruh kepada perilaku siswa itu sendiri,” pintanya.

Susanto menyarankan, pola pembelajaran sejarah harus dibagi sesuai tingkat pendidikan, yaitu SD, SMP, dan SMA. Di tingkat SD, sejarah harus membangun etika di siswa dasar. Siswa tidak perlu memperdebatkan fakta sejarah yang terjadi. Tingkat SMP, materi sejarah harus membentuk siswa agar dapat bersosialisasi sebagai warga negara dengan baik. Caranya dengan memperkenalkan sejarah dari sisi geografi, ekonomi dan sosiologi.

“Sedangkan untuk tingkat SMA sudah perlu diajarkan tentang kaidah sejarah dengan metodologi data dan fakta berdasarkan sumber-sumber yan kritis sehingga menghasilkan fakta yang mendekati kebenaran,” ungkapnya. (cha/jpnn)

0 komentar:

Posting Komentar