Selasa, 28 September 2010

Dua Bandit Pegang Tujuh Pistol

SINGGALANG Dua bandit, Iwan Gonggong dan Rahman yang menghilang di kaki Gunung Singgalang, hingga
Selasa (27/9) malam masih dalam pengejaran anggota Densus 88, Brimob dan Polres Bukittinggi.
Kedua perampok yang memiliki tujuh pucuk senjata FN otomatis dilengkapi dengan peluru itu diduga masih berada di lereng gunung. Mereka menghilang di kawasan Pakan Sinayan Agam sejak Sabtu pekan lalu.
Duo wartawati Singgalang Martiapri Yanti dan Yuke dari pinggang Gunung Singgalang, tadi malam melaporkan, memasuki hari ketiga, pencarian dua tersangka perampokan ATM di Universitas Bung Hatta Padang terus dilakukan.
Jajaran Polresta Bukittinggi, menurunkan hampir seluruh personelnya. Petugas dilengkapi senjata laras panjang otomatis dan segala jenis senjata yang ada di markas. Peluru cadangan juga disiapkan.
Sementara jajaran polsek wilayah hukum ini siaga jika sewaktu-waktu diperintahkan turun ke lokasi penangkapan.
Sejak pagi petugas tampak sibuk. Mereka merancang strategi penyergapan yang dilakukan pada malam hari. Segala kemungkinan diperhitungkan untuk meminimalisir jatuhnya korban.
Kapolresta Bukittinggi, AKBP. Wisnu Andayana, memberikan wejangan kepada anggotanya. Asumsi polisi ada dua. Pertama, masih berada di kawasan Gunung Singgalang. Mereka saat ini sudah kehabisan logistik. Kedua, mereka berada di kawasan rumah warga sekitar gunung. Satu dari perampok itu dalam keadaan terluka.
Setelah strategi diatur di Mapolresta, pasukan diberangkatkan ke lokasi penyergapan. Rombongan dipimpin Kapolresta menjadi perhatian warga. Sepertinya mereka membayangkan kontak senjata akan kembali terjadi seperti Minggu siang.
Pasukan yang terdiri sekitar 50 orang itu disiagakan di Simpang Ernalida Kampung Nagari Pakan Sinayan, Kecamatan Banuhampu. Pasukan dibagi 5 kelompok. Sementara pasukan brimob tetap bersiaga selama 3 hari. Warga cukup kooperatif dengan petugas.

Menyerah saja
Kedua memang diyakini masih di Singgalang. Jika pun bisa menyelusup, diyakini mereka masih berada di wilayah Sumbar, sebab semua pintu masuk/keluar telah dijaga dan diawasi aparat.
Kapolda Sumbar Brigjen Pol. Andayono didampingi Kabid Humas AKBP AB Kawedar dan Wakapolresta Padang AKBP Wisnu Handoko kepada wartawan, Senin (27/9) di Mapolda menuturkan kedua buronan itu tidak akan bertahan selama tiga hari, sebab saat melarikan diri ia tidak dibekali dengan ransum.
“Kita kejar ia sampai dapat. Jikapun tidak ketemu diminta menyerahkan diri secepatnya. Bila menyerahkan diri, saya jamin dan jaga keselamatannya,” kata Andayono.
Menurut Kapolda, komplotan perampok itu hanya berjumlah 10 orang, delapan berhasil ditangkap, empat di antaranya tewas. Mereka yang tewas Bento (Lampung), Wisnu Wibowo alias Pak De (Lampung), Hendra (Jambi) dan Sudirman (Jambi).
Yang masih hidup Khairil (Kampar Riau), Ikhsan, Rahmat dan Ari (Pariaman).
Sementara barang bukti (BB) yang disita, dua unit Avanza warna silver, uang Rp219 juta, tiga pucuk FN jenis Baretta dan kaliber 9, 21 peluru dan satu senjata FN otomatis buatan Belgia serta enam pelurunya.
Diakui, dalam menjalankan aksinya, komplotan ini menyusun siasat di rumah Rahmat, Pauh Timur, Pariaman. Begitu pula rapat-rapat yang digelarnya juga berlangsung di rumah tersebut, hingga terjadinya perampokan itu.
Perampok yang telah mengasak ATM di empat lokasi itu, ATM Akper Siteba, ATM Unand, ATM Telkom dan ATM di Jalan Jhoni Anwar ini, diperkirakan telah mengantongi hasil rampokannya Rp1 miliar lebih. Semua hasil rampokan tersebut dibagi rata pada semua anggota dan sampai saat ini belum mengarah komplotan mereka merupakan jaringan teroris.
“Belum ada mengarah ke sana, kendati begitu kita tetap melakukan penyidikan,” kata jenderal bintang satu ini.
Hasil rampokan itu dibagi-bagi di rumah Rahmat, sebelum penyergapan dilakukan. Jadi saat mereka dikejar, masing-masing perampok telah membawa pembagiannya dengan mengunakan tas.
ATM Bukopin dan Bank Nagari di kampus Bung Hatta itu berisikan uang pecahan Rp50.000. Padang news.comDi ATM Bukopin berjumlah Rp172 juta, ATM Bank Nagari Rp200 juta, sementara ATM BNI kosong karena ATM itu sedang rusak.
Dalam menjalankan aksinya, mereka menyekap tiga satpam, yakni April Chan, Hendrik dan Hendra. Selain satpam dua orang masyarakat setempat juga diikat yakni Judisman dan Yudi. Aksinya dimulai sekitar pukul 04.00 WIB hingga 05.00 WIB, setelah itu kabur arah Pariaman. Aparat kepolisian yang mendapat laporan sekitar pukul 05.30 WIB langsung mendatangi lokasi kejadian dan ternyata benar. Informasi langsung disebarkan ke seluruh Polsek dan Polres di Sumbar. Pagi itu juga pengejaran dilakukan dan sekitar pukul 10.00 WIB, Sabtu (25/9) itu aparat kepolisian tiba di rumah Rahmat.
Sebelum petugas datang, komplotan itu telah membagi-bagikan hasil rampokannya dan sempat pula membeli nasi sebanyak 10 bungkus di salah satu kedai nasi di Pariaman.
Hasil rampokannya itu dibagi-bagikan sambil makan dan tidak lama kemudian mereka meninggalkan markasnya. ()

0 komentar:

Posting Komentar